"Jangan bilang dirimu ikhlas membantu/memberi jika masih mengharap walau hanya ucapan terima kasih."
Mungkin kita memang tidak mengharap balasan secara materi dari orang yang kita tolong. Tapi apakah kita masih merasa gondok kalau orang yang kita tolong ga mengucapkan terima kasih, atau bahkan tetap merasa ga ada yang mempedulikan dia? Berarti kita belum benar-benar ikhlas karena kita masih mengharap pertolongan kita dihargai. To be honest, aku masih sering begini, dan mohon digarisbawahi, ini bukan untuk menyindir siapapun ya, cuma agak curcol aja, wkwkwk.
Ya memang, namanya manusia yang mempunyai emosi kadang sedih kalau niat baik kita tidak dihargai. Tapi di situlah kesabaran keikhlasan kita diuji. Sabar dan ikhlas ga ada sekolahnya, tapi ujiannya seumur hidup cuy, hahaha. Kita dituntut bersabar menghadapi karakter orang yang seperti itu. Walau sering aku berpikir bahwa ga adil dong, masa harus kita terus yang mengerti mereka, kapan kita yang dimengerti???
Apalagi menghadapi orang-orang yang dengan mudahnya nge-judge orang lain begini-begitu. Salah sedikit, kesalahan yang dulu-dulu diungkit lagi. Diomongin rame-rame tanpa sepengetahuan orang tersebut. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Gitu deh kata peribahasa. Berusaha menengahi, dikira membela. Huft.
Aku sebenernya ga ngerti sih sikap yang bagaimana yang seharusnya dilakukan. Apa kita terima aja dengan lapang dada (atau lebih tepatnya mengelus dada, haha) atau kita perlu mengingatkan mereka dengan cara yang baik. Tapi ya kembali lagi, yang namanya karakter bawaan itu susah dihilangkan. Ujung-ujungnya kita lagi yang harus sabar dan ikhlas. Banyak-banyakin istighfar aja deh... Astaghfirullahaladziim...
No comments:
Post a Comment